ASSALAMUALAIKUM....! SELAMAT DATANG DI BLOG YANG SEDERHANA INI. SEMOGA BISA MEMBERI MANFAAT DAN INSPIRASI BAGI ANDA. SILAHKAN TINGGALKAN KOMENTAR. KARENA KOMENTAR ANDA SANGAT BERMANFAAT UNTUK BELAJAR LEBIH BAIK. TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA

KITA PASTI BISA

Apakah kita bisa untuk mengemban misi kita? Insya Allah kita bisa, karena Allah Mahatahu, Allah tahu sampai dimana potensi dan kemampuan kita. Jika kita tidak merasa mampu berarti kita belum benar-benar mengoptimalkan potensi kita.

VISI DAN MISI

Merumuskan Visi dan Misi adalah salah satu bentuk dalam mengambil keputusan, bahkan pengambilan keputusan yang cukup fundamental. Visi dan Misi Anda akan menjiwai segala gerak dan tindakan di masa datang.

PERJALANAN

Tengoklah kembali perjalanan Anda saat ini, akan menuju kemana? Apakah ke arah yang lebih baik, atau ke arah yang lebih buruk, atau tetap saja seperti saat ini? Tetapkanlah sebuah putusan dan jalanilah menuju konsekuensinya.

Mengubah Pergerakan Pragmatis ke Ideologis

Cinta terbesar dan cinta hakiki bagi orang yang beriman ialah cinta kepada Allah. Sehingga cinta kepada Allah-lah yang seharusnya menjadi motivator terbesar dan tidak terbatas.

PANTAI PERMIS BANGKA, DAN PASIR TIMAH

Di sebelah Barat pulau Bangka, tepatnya disebuah desa yang hampir semua bibir menyebut nama Desa tersebut, tentu hal ini tidak asing bagi masyarakat Bangka. Permis, begitulah nama desa itu disebut.

Senin, 21 November 2011

KONGRES MAHASISWA ISLAM INDONESIA

Kongres Mahasiswa Islam Indonesia
Ahad, 27 Nopember 2011
GOR Kertajaya Cahaya Lestari, Surabaya.




Indonesia Kaya akan Sumber Daya,namun hingga kini masih dihinggapi krisis multidimensi, dalam kondisi tersebut peran Mahasiswa sebagai intelektual sangatlah penting untuk memberikan pencerahan atas solusi krisis multidimensi mewujudkan Indonesia sejahtera

Namun ironis para intelektual yang seharusnya menjadi perisai umat atas imperialisme kapitalis, justru terjebak dalam pragmatisme pendididkan, sehingga karya intelektualnya semakin memperkokohkan imperialisme kapitalis dan menyengsarakan rakyat. Sementara itu mahasiswa sebagai agent of change juga terimbas pragmatisme dalam pergerakan-pergerakannya, tampak dari seruan -seruan yang tidak disertai gagasan solutif yang haq sesuai dengan seruan Allah.

Momentum tahun baru Hijriah adalah momentum hijrah dari kebatilan menuju yang haq. Sudah saatnya mahasiswa berhijrah; sadar dan yakin bahwa hanya dengan tegaknya SYARIAH dan KHILAFAHlah solusi krisis multidimensi menuju terwujudnya kesejahteraan umat. Karena itu mahasiswa SE-JAWA TIMUR menegaskan sikap dan dukungannya dalam KONGRES MAHASISWA ISLAM INDONESIA untuk BERSATU, BERGERAK, WUJUDKAN KHILAFAH.

Rabu, 02 November 2011

Pantai Permis Bangka, dan Pasir Timah

Di sebelah Barat pulau Bangka, tepatnya disebuah desa yang hampir semua bibir menyebut nama Desa tersebut, tentu hal ini tidak asing bagi masyarakat Bangka. Permis, begitulah nama desa itu disebut, dimana desa tersebut juga merupakan tanah kelahiranku.

Tak jauh dari indahnya alam yang disuguhkan, aku mulai memasuki Desa dan mulai nampak sekumpulan perahu, dan peralatan TI Apung bersebaran di atas laut. Rasanya tidak hanya seratusan atau tepatnya sebanyak 130 perahu dan TI apung yang sempat terhitung oleh tangan ini. Hampir semua masih lelap dari tidurnya, atau mungkin karena semalaman mereka beroperasi, hingga pagi ini mereka tak dapat menikmati sang mentari menyambut alam ini.

Beranjaknya sang mentari menelusuri lintasannya, satu persatu penghuni gubuk apung, (mungkin ini yang lebih tepat untuk bangunan diatas air itu) ataupun perahu yang tidak lagi digunakan untuk menjala ikan. Satu persatu penghuni keluar dari jendela atau pintu munggil di sana.

Tanpa kusadari bukan hanya pintu dan jendela mungil yang keluar dari pondok dan perahu terapung. Namun seorang bocah usia belasan tak lepas dari pemandanganku. Bukan hanya karena usianya, namun gayanya pun sangat mengejutkanku. Kepulan asap tembakau di bibirnya, dengan cara memegang dan mengeluarkan sisa asap dari hidungnya, membuat ku terpana. Kelincahan dan ketrampilannya mempersiapkan peralatan dan mesin untuk bekerja, nampak cekatan. Bagiku hal ini mungkin tidak pernah bocah itu dapatkan di bangku sekolah.

Harun, demikian dia sebut namanya, saatku menyapanya, hanya sekedar ingin tahu dan mencari informasi. Sejak penambangan Timah diperbolehkan dikelola oleh masyarakat, dan hasilnya sangat mengiurkan. Sejak itulah Harun lebih banyak menimba ilmu dari penambangan ini. Bahkan Gurunya di sekolahpun pada saat itu ikut terlibat dalam penambangan ini, dan sekolah diliburkan, kenangnya. Kalau dahulu kami bukan dilaut untuk melimbang timah, tetapi di darat.

Namun sejak mulai menipisnya cadangan di darat, maka penambang cilik ini pun mulai meramba laut. Bukan hanya sebagai operator yang hanya menunggui sakan, tetapi sebagai penyelam yang mencari pasir timah di dasar laut.

Melihat perlengkapan menyelam dan kondisi peralatan, mungkin kita akan merasa tidak sanggup untuk menggunakannya. Sebuah kompresor yang digerakkkan dengan menggukan sebuah motor, dan engine sebagai pengerak pompa penyedot dan pompa penyemprot. Sebuah masker selam (Face Masks) yang seadanya, untuk sekedar menghindari mata dari pasir yang berterbangan di air.

Saat kutanya tentang penghasilannya, Harun hanya dapat menunjukkan foto keluarganya di dalam gubung apung, dan dia bekerja karena untuk membantu orang tuanya. sedangkan gubung apung yang kupikir miliknya atau keluarganya, rupanya hanya pinjaman dari pengusaha dari Jakarta, Harun hanya dapat dari berbagi hasil timah dengan yang empunya peralatan dan perahu Apung.

Harun sendiri selama 6 s/d 8 jam didasar laut, untuk mengais dan mencari pasir timah, dimana hanya makan siang Harun keluar dari permukaan air, untuk sekedar makan siang. Malah terkadang hal ini tidak dilakukan bila kandungan timah yang di temukan cukup banyak. Bila libur atau pun sedang banyak uang, biasanya Harun pergi ke Pangkalpinang hanya untuk sekedar berfoya-foya, belanja di pertokoan dan habiskan uang.
 
Untuk menabung, biarlah emak yang atur, dengan beli emas dan beli kebutuhan rumah lanjutnya. Namun Harun sendiri kabarnya saat ini sedang mengalami kesedihan, kedua orang tuanya dalam masa persiapan perpisahan. Seperti Anjing mengongong, Harunpun tetaplah meyelam. Seharian ku berkeliling, dan melihat - lihat kehidupan TI Apung di desa ini, saat menjelang sore, di pinggiran pantai yang tidak berpasir, malah berlumpur.

Aku disajikan sebuah fenomena alam yang amat menajubkan. Biru langit, biru laut, dan kehidupan nelayan kecil di tepian pantai. Masih banyak Harun-Harun lain di tanah ini, masih banyak derita dan suka dalam kejamnya pasir timah. Indonesia, begitu kaya kau, hingga anak bangsa rela tinggalkan bangku sekolahnya dan nikmati susumu. Sungguh subur engkau, dengan dipupuknya bumimu, oleh korban-korban pengais timah yang terselubung.

(sumber : http://nusantarakutercinta.blogdetik.com/2010/12/13/pantai-permis-pulau-bangka-disaat-indah-dan-keringat-pasir-timah/)