ASSALAMUALAIKUM....! SELAMAT DATANG DI BLOG YANG SEDERHANA INI. SEMOGA BISA MEMBERI MANFAAT DAN INSPIRASI BAGI ANDA. SILAHKAN TINGGALKAN KOMENTAR. KARENA KOMENTAR ANDA SANGAT BERMANFAAT UNTUK BELAJAR LEBIH BAIK. TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA

KITA PASTI BISA

Apakah kita bisa untuk mengemban misi kita? Insya Allah kita bisa, karena Allah Mahatahu, Allah tahu sampai dimana potensi dan kemampuan kita. Jika kita tidak merasa mampu berarti kita belum benar-benar mengoptimalkan potensi kita.

VISI DAN MISI

Merumuskan Visi dan Misi adalah salah satu bentuk dalam mengambil keputusan, bahkan pengambilan keputusan yang cukup fundamental. Visi dan Misi Anda akan menjiwai segala gerak dan tindakan di masa datang.

PERJALANAN

Tengoklah kembali perjalanan Anda saat ini, akan menuju kemana? Apakah ke arah yang lebih baik, atau ke arah yang lebih buruk, atau tetap saja seperti saat ini? Tetapkanlah sebuah putusan dan jalanilah menuju konsekuensinya.

Mengubah Pergerakan Pragmatis ke Ideologis

Cinta terbesar dan cinta hakiki bagi orang yang beriman ialah cinta kepada Allah. Sehingga cinta kepada Allah-lah yang seharusnya menjadi motivator terbesar dan tidak terbatas.

PANTAI PERMIS BANGKA, DAN PASIR TIMAH

Di sebelah Barat pulau Bangka, tepatnya disebuah desa yang hampir semua bibir menyebut nama Desa tersebut, tentu hal ini tidak asing bagi masyarakat Bangka. Permis, begitulah nama desa itu disebut.

Rabu, 06 Juni 2012

Fasilitas Mushola Bagi Pemain Muslim Newcastle United

Kabar yang baik bagi pemain muslim yang merumput di Newcastle United. Pelatih klub berjuluk The Magpies, Alan Pardew mengaku berencana menyediakan musholla di stadion Sports Direct Arena. Rencana ini, diakui Pardew demi memudahkan pemain beragama Islam seperti Papiss Cisse, Demba Ba, dan Hatem Ben Arfa untuk beribadah. Ketiganya memang dikenal sebagai Muslim taat. "Ini adalah sesuatu yang telah saya diskusikan dengan sekretaris klub, Lee Charnley. Saya pikir ini penting. Kami melihat para pemain dan latar belakang agama mereka," ungkap Pardew. Pardew mengangap pemain religius memainkan peranan penting bagi klub berjuluk The Magpies. Karena itu, fasilitas beribadah seperti mushala penting untuk difasilitasi. "Agama memainkan peranan penting bagi sejumlah pemain kami. Anda harus menghargai kalau beberapa pemain memiliki agama yang berbeda. Kita butuh fasilitas berbeda bagi mereka," ungkapnya. Langkah Newcastle menyediakan mushala menghembuskan tren segar bagi sejumlah pemain muslim lain yang merumput di Liga Utama Inggris saat ini. Sepertinymungkin klub ang menaungi bintang muslim seperti Manchester City, dengan Yaya Toure-nya, Wigan Athletic (Ali Al-Habsi), Queens Park Rangers (Adel Taarabt), Chelsea (Salomon Kalou) dan Arsenal (Marouane Chamakh dan Robin van Persie) meniru langkah serupa. Islam pun makin berjaya di Eropa! Alhamdulillah ^___^ [http://www.islamedia.web.id]

Hidayah dari Teras Masjid

SEPERTI biasa, selepas shalat Isya berjamaah kami berkumpul di teras masjid. Kami bicara hal-hal yang bermanfaat, kadang berkaitan dengan memakmurkan masjid. Tidak jarang di antara kami saling menceritakan isi buku yang baru dibacanya, dan biasanya kami sangat suka mendengarkan kisah Rasulullah Shallalu 'alaihi Wassalam, para sahabat dan para ulama terdahulu.
Setelah mendengar kisah-kisah itu, kami serasa seperti baterei yang “dicharge”. Semangat kami  untuk melaksanakan amalan-amalan shalih seperti dipompa lagi.
Malam itu giliran salah satu saudara kami, Pak Parno, yang bercerita tentang Ibrahim bin Adham. Kisah ini, katanya, sangat terkenal, banyak dimuat di media massa dan sudah banyak yang mendengarnya. Saya sendiri, baru mendengar malam itu dari beliau yang sehari-harinya memang kutu buku.
Ringkas cerita, Ibrahim bin Adham mendengar dari malaikat bahwa ibadahnya tidak diterima Allah SWT selama 40 hari. Sebab, sebelumnya ketika membeli kurma dia mengambil sebiji kurma yang terjatuh dan bukan termasuk ke dalam bagian kurma yang ia beli, tanpa seijin penjualnya. Sesuatu yang saat ini sudah biasa bagi kita, tapi menjadi suatu petaka bagi seorang shalih macam Ibrahim bin Adham.
Ketika kami sekeluarga dalam perjalanan menengok orangtua, iseng-iseng saya membuka laci mobil dan di situ terlihat sebungkus jagung goreng, atau orang Jawa biasa menyebutnya marning. Tanpa banyak cakap, marning  itu langsung saya santap. Pikir saya, wong mobil saya yang punya, berarti marning yang ada di dalam mobil ini tidak masalah kalau saya makan.
Ketika marning itu tinggal beberapa biji, tiba-tiba saya teringat cerita Pak Parno dengan Ibrahim bin Adham-nya. Astaghfirullah, sontak saya setengah berteriak hingga mengagetkan seluruh isi mobil. Mengabaikan muka-muka bingung dari penumpang mobil, saya buru-buru mengambil telepon seluler dan segera menelpon ke Surabaya, menghubungi para penumpang antar jemput karyawan yang setiap harinya saya layani dengan mobil ini. Saya asumsikan marning tersebut milik salah seorang penumpang antar jemput yang kelupaan sehingga tertinggal di mobil.
Ternyata tidak ada seorang pun yang mengaku menjadi empunya makanan kecil yang renyah itu. Hati saya berdetak kian kencang, takut kalau-kalau sebentar lagi Allah mengutus Izrail mengambil kembali ruh saya, dalam keadaan saya belum sempat mendapat keihklasan dari yang punya marning tadi, astaghfirullah.
Pas putus asa sudah terasa di depan mata, saya menelepon ke rumah dengan sedikit harapan barangkali ada informasi lain yang berguna. Ketika itu sopir saya yang mengangkat telepon, dan dengan semangat yang hampir luruh saya menanyakan perihal marning tadi. Apa yang saya dengar?
Sopir saya dengan suara gemetaran menahan takut mengaku bahwa dialah yang meninggalkan marning di mobil, dua hari sebelumnya karena terlupa.
“Mohon maaf Pak, saya lupa belum membersihkan mobil,” ungkapnya terbata-bata.
Subhanallah, Allah masih memberi saya kesempatan.
“Tak masalah, aku minta maaf dan minta kamu ikhlas marningmu aku makan. Karena kalau kamu tidak ikhlas, apa jadinya kalau aku keburu mati ketika makan barang haram,“ jawab saya sambil menahan tangis.
Adegan selanjutnya adalah saya sibuk menjawab celotehan kedua permata hati dan istri saya, tentang apa yang barusan terjadi. Alhamdulillah, saya bisa berdakwah kepada keluarga saya dengan hanya menceritakan pengalaman pribadi tadi.
Tak terasa rumah orangtuaku makin dekat. Ya Allah, berikan aku hidup istiqomah di jalan-Mu dan akhir yang khusnul khotimah. Ya Allah, masukkan aku ke surga-Mu dan pertemukan aku dengan Rasulullah dan Ibrahim bin Adham. Amin …….*/Abu Imam (hidayatullah.com)

Siapa yang Menanam Dia yang Menuai


MENJADI pengantin adalah impian setiap pemudi, sedangkan pernikahan adalah cita-cita setiap pemuda. Bahkan, banyak remaja dan pemuda yang berusaha untuk mencapainya dengan segala cara sesuai dengan prinsip “menghalalkan segala cara untuk menggapai tujuan” sekalipun bertentangan dengan aturan agama Islam, baik dengan mengirim sms kepada pacar, menelpon, kencan atau chatting lewat internet.

Pada masa sekarang, pemudi yang menjaga dirinya dan hanya mengenal laki-laki dari keluarganya berpikir bahwa dia tidak akan bisa menikah. Padahal, terlambat menikah dengan tetap menjaga diri dari hal-hal yang diharamkan Allah dapat mendatangkan keberkahan, bisa jadi Allah menganugerahkan seorang pemuda saleh yang akan hidup bahagia bersamanya sepanjang hidup.

Sebut saja namanya Su’ad, ia dikenal seorang muslimah pemalu yang menjaga dirinya, menutup rapat auratnya, menjalankan syariat agama dengan baik dan mempunyai akhlak yang mulia. Sehingga, dengan izin Allah dia mendapatkan suami yang saleh pula.

Su’ad tidak seperti gadis lain yang mengaku modern dan suka memperlihatkan auratnya, berbicara keras, tersenyum bahkan berbicara dengan laki-laki yang bukan mahramnya tanpa ada rasa malu sedikit pun.

Pernikahan Su’ad dengan suaminya dilakukan dengan cara Islami. Selesai melakukan akad dan resepsi pernikahan, kedua pengantin yang tengah diliputi rasa bahagia itu masuk ke rumah mereka. Su’ad mempersiapkan makan malam sementara suaminya menunggu di meja makan. Mereka pun siap untuk menyantap makanan.

Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk. Karena merasa terganggu dengan suara itu, sambil marah suami Su’ad mengatakan, “Siapa yang datang jam begini?”
Tanpa diperintahkan suaminya Su’ad berdiri menuju pintu dan bertanya.

“Siapa ini?”

Orang itu menjawab, “Aku pengemis yang butuh makanan.”
Dia kembali ke suaminya yang langsung bertanya, “Siapa itu?”
“Pengemis yang butuh makanan,” jawabnya.
Sang suami menjadi marah dan berkata, “Apakah orang ini yang berani mengganggu waktu istirahat dan malam pertama kita?”
Sang suami membuka pintu lalu memukul pengemis itu dengan keras dan mengusirnya. Pengemis tersebut pergi dalam keadaan lapar sementara luka memenuhi jiwa dan tubuhnya dan kehormatannya diinjak-injak.

Setelah itu sang suami kembali ke istrinya. Perasaan marah kepada pengemis yang menganggu dia dan istrinya masih ada dalam hati. Tiba-tiba dia seperti kerasukan jin, sehingga bumi yang luas terasa sempit baginya. Dia lari keluar rumah sambil berteriak-teriak. Tinggallah Su’ad diliputi rasa takut, karena sang suami meninggalkannya pada malam pertama dari pernikahan mereka. Dia tidak menyangka, suami yang terlihat shaleh tega berbuat demikian kepada seorang pengemis.

Namun itulah kehendak Allah, Su’ad hanya bisa bersabar dan mengharapkan pahala dari sisi Allah Ta’ala.

Buah dari Kesabaran dan Balasan Kezaliman

Lima belas tahun setelah kejadian tersebut, seorang lelaki datang kepada orangtua Su’ad untuk meminangnya. Setelah mendapatkan persetujuan dari Su’ad dan keluarganya, lelaki itu pun melangsungkan pernikahan dengannya.

Pada malam pertama, di saat pasangan pengantin tengah duduk untuk menyantap makan malam, tiba-tiba terdengar seseorang mengetuk pintu. Sang suami mengatakan, “Tolong kamu buka pintu dan tanya keperluannya.”

Su’ad beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan ke arah pintu.

“Siapa ini?” tanya Su’ad sambil berdiri di belakang pintu.
“Aku pengemis yang butuh makanan,” kata orang itu.
Dia pun kembali ke suaminya.
“Siapa orang itu?” tanya sang suami.
“Pengemis yang butuh makanan,” jawabnya.
Sang suami mengambil makanan yang telah terhidang dan memberikannya kepada Su’ad.
“Bawa semua makanan ini dan biarkan dia makan sampai kenyang, jika bersisa baru kita makan malam,” ujarnya.
Su’ad kemudian membuka pintu dan memberikan makanan itu kepada pengemis yang tengah kelaparan. Lalu dia kembali ke suaminya sambil menangis.
“Ada apa denganmu? Kenapa kamu menangis? Apa yang terjadi? Apakah dia mencacimu?” tanya sang suami kebingungan.
Dengan berlinang air mata Su’ad menjawab, “Tidak.”
“Apakah dia menghinamu?”
“Tidak.”
“Apakah dia menyakitimu?”
“Tidak.”
“Lalu apa yang membuatmu menangis?”
Su’ad menjawab, “Orang yang duduk di depan pintu rumahmu dan makan makananmu itu adalah suamiku lima belas tahun lalu. Pada malam pertama pernikahanku, ada seorang pengemis yang mengetuk pintu meminta makanan. Dia membuka pintu lalu memukul dan mengusir pengemis itu. Kemudian dia kembali kepadaku dalam keadaan marah. Namun tiba-tiba dia seperti kerasukan jin atau setan, bahkan aku menyangka dia gila ketika itu. Lalu dia keluar rumah sambil mengoceh tak menentu. Dia pun pergi entah kemana. Aku tidak pernah bertemu dengannya lagi kecuali malam ini.”
Tak dinyana, setelah mendengar cerita Su’ad suaminya pun menangis. Su’ad dengan penuh keheranan bertanya kepadanya,
“Apa yang membuatmu menangis?”
“Tahukah kamu siapa orang yang dipukul suamimu malam itu?”
“Siapa dia?”
“Orang itu adalah aku.”
Subhanallah, Mahasuci Allah Yang Maha Perkasa dan Memberikan balasan baik kepada hamba miskin yang mendatangi sebuah rumah untuk meminta makanan, sementara lapar tengah menyerangnya hebat. Namun betapa pedih hatinya ketika tuan rumah memukul dan mengusirnya.
Sungguh Allah tidak menyukai kezaliman dan orang-orang yang berbuat zalim. Maka Dia menurunkan azab-Nya kepada orang yang berbuat jahat dan memberikan pahala kepada orang yang sabar. Dunia dua orang itu pun menjadi terbalik. Lelaki pengemis menjadi kaya karena kesabarannya, sementara lelaki zalim itu gila dan kehilangan hartanya, sehingga dia menjadi pengemis.
Mahasuci Allah lagi Maha Mulia yang telah mengaruniakan rezeki kepada seorang wanita muslimah yang bersabar selama 15 tahun berupa suami yang lebih baik dari yang sebelumnya. Allah Ta’ala berfirman, “Dan adapun orang yang beriman dan melakukan kebajikan, maka Dia akan memberikan pahala kepada mereka dengan sempurna. Dan Allah tidak menyukai orang zalim.” (QS. Ali ‘Imran: 57).*/Diterjemahkan oleh Yum Roni Askosendra, dikutip dari “Qishash Mu`ts-tsirah Jiddan Jiddan Lil Fatayat, Ishom Abu Muhammad"
(hidayatullah.com)